Istiqamah Berinfaq Dalam Kesempitan

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum Ustadz

Bagaimana caranya, agar kita tetap bisa istiqomah bersedekah saat kita sedang lagi dalam keadaan sempit?

Terima kasih Ustadz atas jawabannya.

Jawab:

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh

Alhamdulillah, was-shalatu was-salamu ‘ala Sayyidina Rasulillah, amma ba’du:

Istiqamah berinfak dan bersedekah dalam segala situasi dan kondisi, baik di waktu lapang maupun sempit, adalah merupakan sifat istimewa pertama yang disebutkan oleh Allah dimiliki oleh orang-orang bertaqwa yang dijanjikan mendapatkan Surga seluas langit dan bumi (lihat: QS. Ali-‘Imraan: 133-134). Oleh karena itu, sebagai bukti keimanan dan ketaqwaan, kita harus berusaha senantiasa istiqamah dalam beramal saleh, antara lain dalam hal berinfak dan bersedekah. Akan tetapi, bagaimana caranya agar kita tetap bisa istiqamah dalam berinfak dan bersedakah, khususnya di saat kita berada di dalam kesempitan dan kesusahan? Berikut ini adalah beberapa faktor yang semoga menjadi pemotivasi agar kita bisa selalu istiqamah berinfak, meskipun tengah dalam kondisi sempit.

  1. Dengan menjaga keikhlasan dalam beramal secara umum dan dalam berinfak serta bersedekah secara khusus, semata-mata karena Allah Ta’ala, dan bukan karena selain-Nya. Karena keikhlasanlah salah satu faktor paling utama dan paling vital demi terjaganya keistiqamahan kita dalam beramal dan beribadah (lihat: QS. At-Taubah: 105; QS. Hud: 112). Sedangkan makna dan maksud ikhlas dalam beramal ibadah adalah beramal ibadah dengan dasar dan motivasi utama: karena cinta (mahabbah) kepada Allah, atau karena rasa syukur kepada Allah, atau karena rasa taat (semangat sami’na wa atha’na) kepada Allah, atau karena rasa harap/pamrih (raja’) kepada Allah, dan atau karena dorongan rasa takut (khauf) kepada Allah.
  2. Membekali diri dengan ilmu yang baik dan pemahaman yang memadai tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah infak dan sedekah. Misalnya tentang hukum dan fiqihnya, tentang fadhilah dan keutamaannya, tentang bentuk dan sasarannya, serta yang lain-lainnya. Dimana semakin baik pemahaman seseorang tentang fiqih dan fadhilah dari ibadah infak da nsedekah, insyaallah akan semakin tinggilah semangatnya dan semakin baik pulalah keistiqamahannya dalam menunaikannya.
  3. Dengan menguatkan kesadaran diri bahwa, kitalah justru yang lebih butuh untuk berinfak dan bersedekah, daripada kebutuhan para penerima itu sendiri kepada infak dan sedekah kita. Karena berinfak dan bersedekah memang merupakan salah satu wasilah dan sarana paling utama kita untuk meraih keselamatan, kebahagiaan, kesejahteraan, kerahmatan, dan keberkahan di dalam hidup ini, dari Allah ‘Azza wa Jalla. Dan bagaimana agar berinfak dan bersedekah bisa menjadi kebutuhan, itu sangat terkait dan tergantung erat dengan kualitas dan tingkat kesehatan keimanan kita di dalam hati.
  4. Dengan menjadikan infak dan sedekah sebagai hobi, kegemaran dan kebiasaan rutin yang kalau bisa bersifat keseharian, seperti ibadah shalat, dzikir, dan tilawah Al-Qur’an misalnya. Jadi tidak hanya bersifat insidentil dan sewaktu-waktu saja. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): Tiada satu haripun di dalam hidup manusia, melainkan ada dua malaikat yang turun. Salah satunya berdoa: Ya Allah berikanlah pengganti (terbaik) bagi orang yang berinfak. Sedangkan yang lainnya berdoa: Ya Allah, timpakanlah kepunahan bagi orang yang enggan berinfak (HR. Muttafaq ‘alaih). Ingat, doa kedua malaikat itu tiap hari, bukan insidentil atau sewaktu-waktu.
  5. Bekerja sama dengan orang lain siapapun itu (QS. Al-Maidah: 2) dan senantiasa berada di tengah-tengah komunitas ahli infak dan sedekah atau yang suka infak dan sedekah. Sehingga dengan begitu bisa saling mengingatkan dan menguatkan, serta saling menyemangati dan memotivasi, satu sama lain. Termasuk dalam konteks ini adalah dengan cara mengikatkan diri dalam sebuah komitmen dengan salah satu atau sebagian lembaga dana sosial terpercaya, sebagai penyalur infak dan sedekah kita.
  6. Dengan menjadikan orientasi utama kita dalam berinfak dan bersedekah pada kualitas dan bukan pada kuantitas. Karena sangat belum tentu infak yang lebih banyak kuantitasnya itu pasti lebih baik, lebih utama atau lebih besar pahalanya daripada infak yang lebih sedikit. Maka janganlah pernah sekali-kali meremehkan sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan atau dilakukan orang lain (lihat HR. Muslim). Dan di dalam sebuah hadits: “Uang satu dirham bisa mengungguli seratus ribu dirham. Seseorang bertanya: Bagaimana hal itu bisa terjadi, ya Rasulallah? Beliau-pun menjawab: Seseorang memiliki harta yang sangat banyak sekali, lalu ia mengambil darinya seratus ribu dirham untuk disedekahkan (mungkin itu tidak mencapai satu % dari seluruh hartanya yang banyak, pen). Sementara ada orang lain yang hanya memiliki uang dua dirham saja, lalu ia ambil satu dirham-nya untuk ia sedekahkan” (yang berarti ia telah bersedekah dengan 50 % atau separuh dari seluruh hartanya, pen) (HR. An-Nasai, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban).
  7. Dan terakhir, intinya dengan senantiasa ingat dan sadar bahwa, esensi dan simpul ajaran Islam ada di dalam kata istiqamah (HR. Muslim). Dan amal yang dilakukan dengan istiqamah serta ajeg, meskipun kecil dan sedikit, adalah merupakan amal yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala (HR. Al-Bukhari).

Demikian jawaban yang bisa kami berikan, semoga bisa dipahami dengan baik dan bermanfaat, Serta semoga Allah Ta’ala mengaruniakan kepada kita keistiqamahan di dalam amal ibadah secara umum, maupun di dalam berinfak dan bersedekah secara khusus. Wallahul Muwaffiq ila aqwamith-thariq, wa Huwal Hadi ila sawa-issabil. Aamiin.

Tinggalkan komentar

Filed under Konsultasi, Zakat - Infaq - Shadaqah

Berbagi Komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s