Menyikapi Orang Iri

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Bagaimanakah cara kita menghadapi orang yang iri terhadap kita.
Sekian dan terima kasih atas jawabannya. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

– eko

Jawab:

Alhamdulillah, wash-shalaatu wassalaamu ‘alaa Rasulillah, amma ba’du:

Kata iri memiliki dua makna. Pertama, iri dengan makna iri saja, yakni sekadar ingin memiliki sesuatu seperti yang dimiliki orang lain, tanpa disertai rasa dan sikap benci terhadap apa yang dimiliki orang lain tersebut. Iri dengan makna dan arti tersebut dikenal di dalam bahasa Arab dan terminologi Islam dengan istilah ghibthah. Dan hukum ghibthah ini berbeda-beda sesuai apa-apa yang diinginkan. Jika yang diinginkan itu sesuatu yang mubah, maka hukum ghibthah adalah mubah. Dan jika yang diinginkan sesuatu yang sunnah atau wajib, maka hukumnya menjadi sunnah atau wajib pula. Sebaliknya hukum ghibthah bisa  berubah menjadi makruh atau bahkan haram jika yang diinginkan adalah sesuatu yang makruh atau haram. Meskipun dalam pemakaiannya, istilah ghibthah lebih banyak untuk hal-hal yang baik dan positif.

Kedua, iri dengan arti dengki yang di dalam bahasa Arab dan terminologi Islam dikenal dengan istilah hasad (atau hasud). Dan arti inilah yang lebih dominan ketika kata iri disebutkan dan digunakan, sehingga sering digandengkan menjadi iri dengki. Iri dengan makna dengki atau hasad ini merupakan salah satu perangai yang buruk, sifat yang rendah dan akhlak yang sangat tercela. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Janganlah kamu saling membenci, janganlah kamu saling mendengki, janganlah kamu saling membelakangi, dan janganlah kamu saling memutuskan (hubungan). Namun jadilah kamu – wahai hamba-hamba Allah – orang-orang yang bersaudara. Tidaklah halal bagi seorang muslim jika ia berseteru dengan saudaranya selama lebih dari tiga malam” (HR. Muttafaq ‘alaih). Dan beliau juga bersabda (yang artinya): “Waspadalah kamu terhadap sifat hasad, karena sesungguhnya sifat hasad itu memakan (membatalkan) kebaikan-kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar” (HR. Abu Dawud). Dan sifat iri dengan makna dengki atau hasad ini didefinisikan sebagai rasa dan sikap kebencian terhadap kenikmatan atau kebaikan atau kelebihan yang didapat seseorang, disertai dengan keinginan akan hilangnya kenikmatan atau kebaikan atau kelebihan tersebut dari tangan pemiliknya, baik ditambah dengan adanya keinginan  berpindahnya kenikmatan itu ke tangan sang pendengki ataupun tidak.

Kami menangkap bahwa iri yang dimaksudkan di dalam pertanyaan diatas adalah iri dengan arti dan makna kedua ini, yaitu dengki atau hasad. Adapun tentang bagaimana cara dan sikap yang seharusnya atau sebaiknya diambil dalam menghadapi orang yang iri dan dengki, maka bisa kami ringkaskan sebagai berikut.

Pertama, kita perlu melakukan muhasabah dan introspeksi diri, kalau-kalau kita atau tindakan kita ternyata telah menjadi salah satu faktor penyebab munculnya rasa iri dan dengki di dalam hati orang lain. Tentu tujuannya, jika ternyata benar, adalah agar kita bisa memperbaiki dan mengoreksi atau mengantisipasi kesalahan yang bisa mengundang iri dan dengki tersebut.

Kedua, kita perlu berusaha sebisa mungkin untuk tidak menampakkan atau apalagi menampak-nampakkan kenikmatan atau kelebihan yang kita miliki pada orang lain, khususnya orang yang diketahui mudah iri dan dengki atau apalagi yang terindikasi telah iri dan dengki terhadap kita.

Ketiga, kita perlu berbagi kenikmatan dan kelebihan yang kita dapat itu dengan orang lain, khususnya orang yang dikenal mudah iri dan dengki, dan lebih khusus lagi dengan orang yang terindikasi atau diketahui telah terjangkiti penyakit iri dan dengki terhadap kita. Harapannya adalah agar rasa iri itu bisa dinetralisir, atau diminimalisir kemungkinan dampak buruknya.

Keempat, jika perlu dan mungkin, maka sebaiknya juga kita menghindar, menjauh dan tidak dekat-dekat dengan orang yang iri dan dengki terhadap kita, dengan harapan itu bisa mengurangai rasa iri dan dengki yang telah muncul, dan juga untuk menghindari kemungkinan akibat buruknya.

Kelima, yang jelas kita harus senantiasa melakukan pembentengan dan perlindungan diri,  dari kejahatan dan keburukan sifat iri, dengki dan hasud, yang jelas-jelas memang sangat besar bahayanya. Sampai-sampai Allah Ta’ala menyebutkannya secara khusus di antara hal-hal yang harus kita pohonkan perlidungan khusus kepada Allah dari kejahatan dan keburukannya, di dalam firman-Nya (yang artinya): “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Mengasai subuh, …dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki” (QS. Al-Falaq [113]: 1 – 5). Dan pembentengan atau perlindungan diri bisa dilakukan melalui berbagai bentuk ketaatan dan amal saleh, khususnya dengan membaca Al-Qur’an terutama ayat-ayat perlindungan khusus seperti: ayat Al-Kursi, dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, An-Naas dan lain-lain, juga dengan mebaca dzikir-dzikir dan do’a-do’a perlindungan yang ma’tsur, yakni yang dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (bisa didapat di dalam buku-buku himpunan dzikir dan do’a yang bersumber dan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih). Demikian jawaban yang bisa kami berikan, semoga dipahami dan bermanfaat.

Wal-Lahu a’lam, wa Huwal-Muwaffiq wal-Haadii ilaa sawaa-issabiil

Tinggalkan komentar

Filed under Konsultasi, Tazkiyah dan Akhlak

Berbagi Komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s