Jangan Ikut-Ikutan Salah

(Tentang Akhir Zaman)

Terdapat sejumlah kesalahan dan penyimpangan dalam persepsi, orientasi dan penyikapan sebagian kalangan terhadap tanda-tanda akhir zaman dan indikasi-indikasi dekatnya kiamat.

Dan diantara kesalahan serta penyimpangan yang harus diwaspadai dan dihindari itu, misalnya:

1. Kecenderungan dan orientasi yang kuat, saat bicara tentang peristiwa-peristiwa akhir zaman dan tanda-tanda dekatnya hari kiamat, dalam rangka untuk mengetahui, memprediksi dan “menentukan” kira-kira kurang berapa lama/tahun lagi umur dunia ini akan berakhir dan hari kiamat segera tiba?

Ini merupakan kesalahan dan penyimpangan yang paling fatal dalam hal ini. Dan itu termasuk meskipun hanya sekadar menghitung-hitung, menduga-duga dan mengira- ngira saja. Karena orientasi seperti itu memang tegas-tegas bertentangan langsung dengan teks-teks dalil Al-Qur’an, hadits dan ijmak seluruh ulama Ahlussunnah Waljamaah.

2. Tentang sekadar munculnya rasa penasaran dan terlintasnya pertanyaan di alam pikiran tentang kapan terjadinya kiamat atau sebagian tanda-tandanya, memang masih bisa dimaklumi, ditolerir dan tidak disalahkan. Karena hal itupun telah pernah ada pada generasi sahabat sendiri. Namun yang salah dan tidak dibenarkan adalah ketika rasa penasaran yang terlintas itu tidak langsung “di-cut”, dibatasi dan dihentikan! Melainkan justru diperturutkan dengan melakukan cara-cara dan langkah-langkah tertentu demi “memuaskan” rasa penasaran yang ada!

3. Membahas tanda-tanda kiamat, dengan cara yang mengesankan adanya kecenderungan, orientasi dan sikap menunggu-nunggu, menanti-nanti dan bahkan seolah-olah mengharap-harap segera tibanya hari kiamat, atau segera terjadinya tanda-tandanya. Misalnya seperti tentang hadirnya Imam Mahdi, munculnya dajjal, meraja lelanya yakjuj dan makjuj, turunnya Nabi Isa as, dan lain-lain.

4. Kecenderungan, semangat, orientasi, ajakan dan semacamnya yang mengarah untuk mencari-cari tahu apakah tanda ini dan itu diantara tanda-tanda hari kiamat, sudah muncul dan terjadi ataukah belum? Apalagi jika disertai dengan sikap-sikap menyibukkan diri bahkan mengajak orang lain untuk sibuk menunggu-nunggu saja seperti lahir dan munculnya Imam Mahdi misalnya. Dimana hal itu misalnya dilandasi oleh persepsi agar jangan sampai saat beliau muncul suatu saat nanti atau bahkan jangan-jangan sudah ada di tengah-tengah kita sekarang ini, namun kita, gegara tidak siap-siap, justru tidak tahu, tidak mengakuinya, tidak mengimaninya dan tidak mengikutinya (?).

5. Sikap ghulu dan berlebihan dalam menafsirkan hadits apapun tentang tanda tertentu diantara tanda-tanda dekatnya hari kiamat. Yakni menafsirkannya dengan peristiwa tertentu yang terjadi di dunia kenyataan, yang sampai diyakini secara mutlak atau semi mutlak sebagai pembenaran terhadap kandungan hadits dimaksud.

Karena hampir semua riwayat tentang tanda-tanda kecil kiamat itu bersifat sangat nisbi dan relatif sekali makna dan maksudnya. Sehingga sikap pemutlakan atau semi pemutlakan dalam penafsiran dengan peristiwa tertentu yang terjadi dalam kehidupan riil, tentu saja sangat salah dan menyimpang.

Perlu diketahui bahwa, dalam sejarah umat yang panjang, cukup banyak peristiwa terjadi yang kesemuanya bisa saja dipahami sebagai tasfir pembenar bagi suatu riwayat tertentu tentang tanda dekatnya kiamat. Karena sifatnya memang mirip-mirip. Dan itu bisa terulang berkali-kali. Nah jika pada setiap periode zaman dimana peristiwa serupa terjadi, ada yang “meyakini” dan mengklaim bahwa, peristiwa yang terjadi di zamannya itulah yang dimaksud dalam riwayat tersebut, lalu klaim manakah yang sejatinya merupakan tafsir pembenar yang benar-benar benar bagi riwayat dimaksud kalau begitu?

6. Begitu pula dengan sikap yang berorientasi pembenaran sebaliknya. Yakni sikap dan orientasi mencari-cari pembenaran untuk peristiwa- peristiwa yang terjadi dari riwayat-riwayat hadits atau kutipan-kutipan pendapat dari para ulama terdahulu.

Dimana untuk itu, tak jarang sebagian pihak sampai terjatuh dalam sikap takalluf yang terlarang atau pemaksaan diri secara berlebihan gegara semangat mencocok-cocokkan antara peristiwa tertentu dan riwayat yang diyakini menjadi pembenar untuknya!

7. Pemakaian hadits-hadits dha’if dan riwayat-riwayat israiliyat (bersumber dari Bani Israil) sebagai dalil dan hujah seputar tanda-tanda akhir zaman dan ciri-ciri dekatnya hari kiamat. Hal mana umumnya dipicu dan dilatar belakangi oleh adanya pola pikir, pola sikap dan orientasi ghulu, ekstrem serta takalluf seperti yang telah disebutkan dimuka.

Dan ini tentu tidak dibenarkan. Karena jumhur ulama yang mentolerir penggunaan hadits lemah, membatasinya di bidang fadhilah amal. Bukan dalam hal akidah dan pensyariatan hukum atau ibadah yang benar-benar baru. Sementara masalah tanda-tanda kiamat termasuk kategori masalah akidah, yang disyaratkan untuknya hadits shahih.

8. Pemakaian riwayat-riwayat berisi pendapat-pendapat para ulama terdahulu sebagai dasar dan pijakan yang cenderung dimutlakkan atau di-semi mutlak-kan. Padahal pendapat-pendepat dalam riwayat-riwayat tersebut terbukti tidak selaras dan tidak sesuai dengan nash-nash qath’i (aksiomatik) dalil Al-Qur’an dan Al-hadits yang shahih.

Misalnya saja seperti pendapat sebagian ulama yang menyebutkan “pembatasan” umur kehidupan dunia secara umum atau umur umat Islam secara khusus, yang dari situ lalu dihitung-hitung dan ditarik kesimpulan-kesimpulan seputar sisa umur dunia lalu perkiraan waktu terjadinya kiamat, dan lain-lain.

9. Penyampaian berbagai tema seputar huru hara akhir zaman, dengan orienrasi utama “hanya” untuk menanamkan ketakutan yang berlebihan di hati kaum muslimin atau menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat awam. Lebih-lebih bila ketakutan dan kepanikan itu tidak menghasilkan pengaruh dan dampak positif berupa bertambahnya keimanan di hati kepada Allah dan motivasi yang kuat untuk semakin mengoptimalkan mujahadah (upaya keras) dalam amal ibadah!

10. Intinya kita harus waspada dan hati-hati terhadap semua persepsi, orientasi, pemahaman, pemikiran, pembahasan dan sejenisnya tentang tema tanda-tanda akhir zaman dan hari kiamat, yang tidak terfokus pada goal utama darinya. Yaitu seperti di dalam sabda Rasulullah SAW kepada seorang sahabat yang bertanya:”Kapan hari kiamat terjadi?”. Dimana beliau menjawab dengan justru bertanya balik kepada si penanya: “Memangnya apa yang telah kamu persiapkan untuknya (untuk menghadapi kiamat)?” (HR. Muttafaq ‘alaih).

Ya, semua perhatian dan perbincangan tentang hari kiamat dan tanda-tandanya, yang tidak bermuara pada maksud hadits tersebut, haruslah diabaikan dan ditinggalkan.

Apalagi jika orientasinya justru “hanya” untuk membuat sensasi, menimbulkan kontroversi dan menyibukkan umat dengan pertanyaan-pertanyaan tidak produktif dan pencarian-pencarian tidak konstruktif, dengan penuh rasa penasaran, misalnya tentang: Benarkah Imam Mahdi telah lahir bahkan telah berusia dewasa saat ini? Dimanakah tempat tinggalnya? Siapakah keluarganya? Apakah pekerjaannya? Dan seterusnya. Dimanakah letak pulau tempat dajjal dibelenggu itu sekarang? Siapakah yakjuj dan makjuj itu? Dan lain sebagainya.

11. Dan lain-lain.

Tinggalkan komentar

Filed under Aqidah

Berbagi Komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s