Sebagaimana banyak suami yang tidak punya orientasi sebagai suami..
Padahal, seperti dalam berbagai bidang kehidupan yang lain, adanya orientasi yang benar, jelas, lurus dan fokus, sangatlah mutlak diperlukan sebagai syarat dan faktor “penjamin” di dalam dakwah.
Ya, faktor “penjamin” agar apa yang dilakukan oleh setiap pendakwah atau organisasi dakwah, memang benar-benar termasuk dalam ruang lingkup makna dakwah, dan bukan yang lainnya.
Agar beragam aktifitas dakwah yang dijalankan oleh para pendakwah dan kelompok-kelompok dakwah yang berbeda-beda, satu sama lain, tetap bisa saling singkron, saling bertemu pada titik-titik tertentu, saling melengkapi, saling menguatkan dan saling menyempurnakan. Serta bukan malah sebaliknya, saling meng-kontra produktif-kan.
Agar semua gerak dan laju dakwah selalu berada di jalurnya yang benar dan jalannya yang lurus. Serta agar benar-benar tetap fokus mengarah ke tujuan-tujuannya. Tidak belok arah apalagi sampai balik arah.
Agar setiap generasi pendakwah dan gerakan dakwah baru tidak selalu memulai dari awal lagi dan dari nol lagi. Melainkan bisa langsung melanjutkan perjalanan dakwah dari titik henti dan tahapan yang telah dicapai oleh generasi pendakwah dan gerakan dakwah sebelumnya. Sehingga dengan demikian tidak terjadi keterputusan, antar generasi, dalam proses “serah terima” tongkat estafeta perjuangan dakwah dalam perjalanan panjangnya menuju “garis finish”.
Agar sebisanya tidak ada pendakwah atau gerakan dakwah yang, gegara tiadanya orientasi yang benar dan tepat, justru bisa menjadi faktor penyempit ruang, pembatas peluang dan penghalang bagi pencapaian target-target, tujuan-tujuan atau kemaslahatan-kemaslahatan dakwah itu sendiri.
Dan tentu saja masih banyak aspek lain lagi yang semakin menegaskan betapa urgennya faktor orientasi ini bagi para dai dan organisasi dakwah dalam melakukan berbagai aktifitas dakwah yang sangat beragam sekali.
Tapi sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan orientasi dakwah di dalam berdakwah itu?
(Insyaallah bersambung).