Seharusnya kita umat terbaik (QS. 3: 110), tapi mengapa fakta dan realitanya seolah-olah justru menjadi sebaliknya kini?
Seharusnya kita umat tertinggi (QS. 3: 139), tapi mengapa fakta dan realitanya seolah-olah justru menjadi yang terendah sekarang?
Seharusnya kita umat termulia (QS. 5: 54; QS. 63: 8), tapi mengapa fakta dan realitanya seolah-olah justru menjadi yang paling hina?
Seharusnya kita umat terunggul dan pemenang (QS.5:56), tapi mengapa fakta dan realitanya justru hampir selalu terpojokkan dan terkalahkan?
Seharusnya kita umat terdepan dan teladan ummat manusia semua (QS. 28: 5), tapi mengapa fakta dan realitanya justru lebih sering berada di barisan akhir para pengekor?
Seharusnya kita umat saksi atas seluruh manusia (QS. 2: 143), tapi mengapa fakta dan realitanya justru hampir selalu berada di posisi tertuduh yang bahkan tak berdaya sekadar untuk membela diri?
Seharusnya kita umat bersaudara yang paling kokoh (QS. 49: 10), tapi mengapa pertikaian internal selalu menguras energi dan potensi kita?
Seharusnya kita umat bersaudara yang paling solid (QS. 49: 10), tapi mengapa perseteruan internal selalu saja mencabik-cabik persatuan islami kita?
Seharusnya kita umat terkuat di semua lini kehidupan, tapi mengapa fakta dan realitanya justru menjadi yang terlemah di segala bidang?
Seharusnya aqidah itu menguatkan, membangun keimanan dan mengokohkan keyakinan! Tapi mengapa justru sering berbalik melemahkan, membingungkan, merancukan, menanamkan keraguan dan bahkan sampai meluluh lantakkan sendi-sendi kekuatan?
Semestinya aqidah itu menyatukan antar beragam elemen dan kelompok kaum muslimin antar sesama Ahlussunnah Waljamaah! Namun mengapa tak jarang malah beralih fungsi dan peran menjadi faktor pemecah belah utama?
Ya, mengapa, mengapa, dan mengapa?
Maka, marilah sama-sama selalu bermuhasabah!